bt_bb_section_bottom_section_coverage_image

Mengenal Ringworm pada Sapi yang Menular ke Manusia

Ringworm pada sapi telah banyak dilaporkan di berbagai negara. Penyakit ini mampu menimbulkan kerugian ekonomi dalam usaha peternakan dan juga berpotensi menularkan infeksinya kepada manusia.

Penasaran dengan penyakit ringworm pada sapi? Yuk simak informasinya dibawah ini.

Penyebab Ringworm pada Sapi

Ringworm pada sapi disebabkan oleh infeksi jamur dermatofita pada lapisan permukaan kulit. Selain pada sapi, ringworm juga bisa terjadi pada semua spesies hewan dan manusia.

Jamur dermatofita yang menginvasi kulit dan rambut sapi menyebabkan timbulnya lesi berwarna putih keabuan berbentuk bulat disertai adanya krusta, scale, hiperkeratosis, hiperpigmentasi dan alopesia dengan berbagai ukuran. 

Lesi tersebut pada umumnya terjadi pada daerah wajah, leher, dada, kaki, dan tubuh Lesi yang ditimbulkan oleh jamur ini walaupun tidak menyebabkan kematian, namun dapat menimbulkan infeksi sekunder pada hewan. 

Ringworm sesungguhnya dapat sembuh dengan sendirinya dalam tempo satu sampai beberapa bulan, tergantung pada tingkat keparahan infeksi. 

Namun, karena sifatnya yang mudah menyebar dan bersifat zoonosis maka sangat dianjurkan untuk diberikan terapi. Ringworm pada sapi menyebabkan kerugian ekonomi yang tinggi akibat kerusakan kulit yang ditimbulkannya dan akibat penurunan produksi susu dan daging. 

Bisakah Ringworm pada Sapi Menular ke Manusia?

Seperti yang sudah dijelaskan di atas, ringworm pada sapi termasuk penyakit zoonosis. Artinya penyakit ini dapat menular dari sapi ke manusia.

Peternak ataupun para pekerja yang bersentuhan langsung dengan sapi terinfeksi ringworm atau dengan peralatan yang berhubungan dengan kandang dan lingkungan yang telah terkontaminasi spora jamur ringworm, berpotensi untuk tertular penyakit ini. 

Dokter hewan, pekerja rumah potong, serta pekerja di tempat pengulitan hewan juga rentan tertular ringworm. Lesi ringworm pada manusia berbentuk bulat, berbatas jelas, eritema, adanya vesikula, pustula, kerontokan rambut (alopesia), dan rasa gatal. Hal tersebut mengakibatkan kerusakan pada kulit dan rasa yang tidak nyaman bagi penderitanya.

Gejala Ringworm pada Sapi

Pada kasus ringworm, alopesia merupakan suatu kondisi hilangnya rambut secara parsial (sebagian) atau secara keseluruhan pada bagian tubuh. Alopesia pada ringworm disebabkan oleh adanya inflamasi pada folikel rambut yang dapat mengakibatkan rusaknya batang rambut dan kerontokan rambut. 

Jamur dermatofita penyebab ringworm tidak mampu tumbuh dalam jaringan yang sedang mengalami inflamasi yaitu pada bagian tengah lesi Dermatofita menyebar ke pinggir lesi secara sentrifugal untuk menghindari inflamasi sehingga bentuk lesi akan tampak bulat seperti cincin, oleh karenanya sering disebut ringworm.

Ringworm pada sapi juga ditemukan scale. Scale (sisik) merupakan kumpulan fragmen lapisan tanduk (stratum corneum) yang bersifat longgar yang terjadi karena pembentukan sel pada lapisan tanduk (keratinisasi) secara berlebihan.

Scale pada dermatofitosis diduga karena produk yang dihasilkan oleh dermatofita mengganggu proses keratinisasi normal kulit berupa peningkatan kecepatan regenerasi sel epidermis.

Pada ringworm yang terjadi di sapi juga ditemukan krusta. Krusta adalah eksudat radang yang mengalami pengeringan pada permukaan kulit, dapat berupa serum, darah, atau nanah. Scale juga sering ditemukan melengket pada krusta. 

Krusta dapat bersifat tipis dan lembut sehingga mudah jatuh atau hancur atau bisa juga bersifat tebal dan sangat lengket pada kulit. Pada dermatofitosis, krusta dapat mengandung patahan batang rambut yang terinfeksi spora dan hifa dari dermatofita

Ringworm pada sapi juga menimbulkan gejala hiperkeratosis. Hiperkeratosis merupakan suatu gangguan kornifikasi stratum korneum. Hiperkeratosis dicirikan dengan adanya peningkatan ketebalan stratum korneum. 

Lesi tersebut dapat terjadi secara primer misalnya pada kasus seborrhea primer ataupun secara sekunder karena berbagai faktor seperti inflamasi, trauma, dan gangguan metabolik atau nutrisional. Pada dermatofitosis, hiperkeratosis dapat terjadi karena adanya inflamasi.

Selain itu juga ditemukan hiperpigmentasi. Hiperpigmentasi adalah suatu kondisi warna kulit menjadi lebih gelap dari normalnya. Berbagai jenis infeksi pada kulit termasuk dermatofitosis, yang dapat menyebabkan terjadinya hiperpigmentasi pascaradang.

Hiperpigmentasi merupakan hasil dari peningkatan produksi melanin dari melanosit yang ada atau terjadi peningkatan jumlah melanosit serta penyebaran pigmen yang tidak merata setelah inflamasi kutaneus.

Cara Mengatasi Ringworm pada Sapi

Penanganan kasus ringworm pada sapi umumnya dengan menggunakan antiseptik golongan povidone iodine yang dimandikan secara menyeluruh pada tubuh sapi yang tertular, tentunya dengan terlebih dahulu berkonsultasi langsung dengan dokter hewan.

Kamu bisa melakukan konsultasi dokter hewan secara online di Hewania. Tersedia berbagai pilihan dokter hewan. Selain itu, kamu juga bisa mengatur jadwal konsultasi ini secara fleksibel.

Writer: drh. Novendra Sitepu

Editor: Galih Primananda Mulyana

Featured image: Ringworm pada sapi perah © FLPA / John Eveson / REX Shutterstock

Leave a Reply

hewania
appstore
playstore
Hewania HQ

PT Hewania Solusi Digital

Boulevard Elang Laut Blok D 50, Jl. Pantai Indah Selatan, Penjaringan, Jakarta Utara 14470
+62 812 3000 9607
Anda Dokter Hewan?

Mari Berkolaborasi Mengedukasi Masyarakat Indonesia tentang Kesehatan Hewan!

Daftar Sekarang!