Hewanians, virus distemper merupakan salah satu virus yang sangat berbahaya untuk anjing, terutama untuk kamu yang punya anjing berumur kurang dari 1 tahun. Tidak seperti penyakit virus parvo yang bersifat akut, gejala virus distemper bisa bertahan berbulan-bulan bahkan saat anjing sudah menjadi survivor.
Penyebarannya yang sangat mudah lewat udara juga menyebabkan virus ini ada dimana-mana. Tetapi jangan terlalu khawatir karena meski berbahaya, penyakit ini memiliki tingkat keberhasilan pencegahan yang tinggi. Yuk kita pelajari distemper pada anjing lebih lanjut supaya kamu bisa melindungi anjing kamu!
Apa itu Distemper pada Anjing?
Distemper merupakan penyakit yang diakibatkan oleh virus distemper. Virus tidak hanya menyerang anjing namun juga rubah, rakun, musang, dan hewan lainnya. Penyakit ini menyerang berbagai organ tubuh, mulai dari saluran pernapasan, saluran pencernaan, kulit, bahkan menyerang sistem saraf pusat.
Apa Saja Gejala Distemper pada Anjing
Gejala virus distemper dimulai dari timbulnya leleran di mata dan hidung yang berwarna kekuningan, yang seiring dengan waktu diikuti oleh gejala pernapasan, pencernaan, dan gejala syaraf. Gejala bisa muncul sampai 14 hari setelah anjing terpapar. Berikut gejala-gejala distemper yang bisa diamati oleh owner:
- Bersin
- Batuk
- Kurang nafsu makan
- Demam
- Muntah
- Diare
- Hiperkeratosis pada pad
- Pruritus pada kulit
Beberapa anjing yang terkena virus distemper awalnya tetap mau makan namun batuk-batuk, hal inilah yang menyebabkan banyak pemilik hewan yang mengira anjing mereka hanya terkena flu biasa.
Saat virus sudah menyerang sistem syaraf anjing, gejala yang muncul akan lebih ke arah gangguan syaraf, menyebabkan distemper sering dikira sebagai penyakit rabies juga. Gejala syaraf ini juga bisa muncul berbulan-bulan dari saat anjing terdeteksi distemper dan sudah menjadi survivor. Gejala gangguan syaraf yang dimaksud meliputi:
- Head tilt atau kepala miring
- Gerakan mengunyah-ngunyah tidak terkontrol
- Circling yaitu anjing selalu berjalan memutar
- Liur berlebihan
- Paralisis atau lumpuh
- Kejang (bisa berulang kali)
- Otot berkedut atau muscle twitching yang sangat khas di penyakit distemper
Bagaimana Cara Penularannya?
Virus distemper ditularkan lewat kontak langsung dengan anjing yang terinfeksi, airborne (penularan lewat udara), dan juga bisa dari plasenta dari Ibu ke anak. Namun virus distemper ini tidak bisa bertahan lama di lingkungan dan bisa dibersihkan dengan sebagian besar desinfektan. Anjing yang paling rentan terkena virus distemper adalah anjing muda dibawah 1 tahun dan belum pernah divaksinasi.
Apabila Anjing Kamu Terkena Distemper, Bagaimana Penanganannya?
Virus distemper belum ada obatnya hingga saat ini, sehingga penanganan yang diberikan bersifat simptomatis atau berdasarkan gejala. Penggunaan antibiotik dan antiradang diberikan untuk menekan gejala dan infeksi bakteri sekunder yang terjadi akibat virus yang menyebabkan sistem imun kolaps.
Infus diberikan kepada anjing yang lemas, tidak mau makan, dan memiliki gejala pencernaan seperti muntah dan diare. Tujuan pemberian infus adalah untuk mencegah kondisi dehidrasi yang memperparah penyakit dan kondisi tubuh anjing. Selain itu juga pasien distemper bisa diberikan obat syaraf seperti anti kejang apabila sudah menunjukan gejala syaraf.
Bagaimana Mencegah Virus Distemper pada Anjing?
Walaupun penyakit ini sangat mengerikan dan berakibat fatal, vaksinasi terbukti sangat efektif untuk mencegah penyakit ini. Vaksin distemper disarankan diberikan saat anjing berumur 8 minggu, 12 minggu, dan 16 minggu untuk jaminan proteksi yang lebih baik. Setelah itu vaksin distemper diulang setiap tahun bersama dengan vaksin inti yang lainnya.
Saat anjing kamu belum dapat vaksin komplit, sangat disarankan untuk menghindari tempat-tempat dimana anjing banyak berkumpul, seperti dog park, dog club, pantai, dan bergabung dengan anjing liar yang tidak diketahui status vaksinasinya.
Kamu bisa melakukan konsultasi dokter hewan secara online di aplikasi Hewania. Aplikasi Hewania menyediakan segala kebutuhan kesehatan hewan dalam satu genggaman, mulai dari konsultasi dokter hewan hingga informasi menarik soal kesehatan hewan.
Yuk download aplikasi Hewania sekarang!
Writer: drh. Talita Milani
Editor: Galih Primananda Mulyana