Sebagai owner, pasti anda menginginkan kucing selalu dalam keadaan sehat. Langkah yang dapat anda lakukan dengan rutin memberikan vaksin pada kucing kesayangan anda. Vaksinasi sangat penting karena dapat membantu melindungi kucing dari penyakit dan menjaga tubuhnya tetap sehat. Selain itu, vaksin merupakan salah satu syarat jika anda ingin membawa kucing anda bepergian!
Vaksin dibagi menjadi dua, yaitu core vaksin dan non-core vaksin. Vaksin inti (core) adalah vaksin yang wajib diberikan untuk kucing, sedangkan vaksin non-core adalah vaksin yang diberikan tergantung dengan resiko masing-masing kucing.
Baca Juga: Kenapa Kucing Bersin? Ini Alasannya!
Apa itu Vaksinasi?
Vaksin adalah mikroorganisme berupa virus atau bakteri yang telah dilemahkan atau dimatikan dan dimasukkan dengan secara sengaja ke dalam tubuh kucing untuk menggertak sistem kekebalan tubuh
Bagaimana Cara Kerja Vaksin?
Tujuan dari vaksin adalah sebagai imunisasi kucing terhadap penyakit tertentu. Vaksin membantu meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan membantu mengenal virus tertentu dan melawan sebelum infeksi penyakit yang sesungguhnya benar-benar terjadi.
Apakah Core Vaccine?
Vaksin inti (core vaccine) adalah jenis vaksin yang diwajibkan untuk semua kucing dan membantu menjaga kesehatan kucing aman dan bebas dari infeksi virus. Penyakit yang paling umum menyerang pada kucing adalah panleukopenia dan cat flu. Cat flu dapat disebabkan oleh 3 jenis mikroorganisme (herpes virus, calici virus, chlamydia virus).
Menurut WSAVA, vaksin inti meliputi :
1. Feline Panleukopenia Virus
Virus ini rentan menular antar kucing dan biasanya berakibat fatal kematian, terutama pada kitten. Gejala umum dari virus ini muntah, diare, demam, dehidrasi, penurunan nafsu makan, lemah lesu, hingga tanda-tanda gangguan syaraf otak.
2. Feline Calici Virus
Virus ini menyebabkan flu pada kucing (bersin, sariawan, dan hipersalivasi atau air liur berlebihan, dan demam).
3. Herpes Virus
Virus ini disebut juga sebagai rhiotracheitis pada kucing. Infeksi birus ini juga menyebabkan flu pada kucing dengan gejala demam, bersin, dan nggrok-nggrok).
Apa Vaksin Non-Core?
Vaksin non-core adalah vaksin yang direkomendasikan oleh dokter hewan tergantung resiko paparan terhadap penyakit atau virus tertentu disuatu wilayah atau negara tertentu.
WSAVA menyebutkan jenis vaksin non-core meliputi :
1. Rabies
Vaksin rabies oleh kebanyakan dokter hewan digolongkan sebagai vaksin inti/ core vaccine. Namun ada beberapa yang menggolongkan sebagai vaksin non-core, tergantung dari wilayah/ negara kucing tersebut berada dan apakah ada atau tidak kemungkinan kucing dibawa keluar wilayah/negara tersebut. Biasanya jika ingin membawa kucing keluar negara asal menuju negara baru diperlukan vaksinasi rabies agar dapat masuk ke negara baru. Vaksin ini sangat penting karena mencegah penularan virus rabies dari anjing gila ke hewan lain dan bahkan ke manusia. Pemberian vaksin rabies biasanya diberikan setiap satu tahun sekali atau tiga tahun sekali berdasarkan wilayah kucing dan merek vaksin yang digunakan.
2. Feline Leukemia Virus
Feline Leukemia Virus atau disebut FeLV adalah gangguan yang menyerang sistem imun sehingga menyebabkan leukemia dan tumor limpoma. Virus ini dapat menyebar melalui kontak langsung dengan kucing yang terinfeksi. Gejala yang akan muncul antara lain lesu, penurunan berat badan, anemia, muntah, dan diare. Pemberian vaksin ini membutuhkan total 2 dosis, dengan jeda setiap 2-3 bulan sekali.
3. Feline Immunodeficiency Virus
Feline Immunodeficiency Virus atau disingkat FIV adalah gangguan yang menyerang sistem imun pada kucing yang menyebabkan penurunan sistem imun tubuhnya dan mengakibatkan rentan infeksi sekunder. Sama seperti HIV pada manusia. Virus ini dapat menyebar saat kucing berkelahi dengan kucing yang lain. Pemberian vaksin ini diberikan dengan total 3 dosis dan jeda setiap 2-3 minggu sekali.
4. Chlamydia
Chlamydia merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri bukan virus. Penyakit ini menyebabkan konjungtivitis yang menyakitkan dan mengeluarkan cairan dari mata. Biasanya bakteri ini menginfeksi anakan kucing dan kucing rumahan yang belum divaksinasi. Terdapat dua dosis vaksin yang diberikan dengan jeda 2-4 minggu sekali.
5. Bordetella
Bordetella adalah bakteri yang dapat menyebabkan flu dan menyebabkan pneumonia dan berakibat fatal pada anakan kucing dan menyebabkan infeksi serius pada kucing dewasa. Vaksinasi dilakukan setiap satu tahun sekali.
Apa Efek Samping Setelah Vaksin?
Vaksinasi pada sebagian besar kucing aman diberikan. Namun terkadang ada efek samping pada beberapa kucing. Efek samping yang muncul diantaranya :
- Pembengkakan lokal
- Lesu
- Demam ringan
- Penurunan nafsu makan
Gejala diatas biasanya hanya akan berlangsung beberapa hari saja, jadi anda tidak perlu khawatir. Namun jika muncul kejang, kolaps, atau bahkan kesulitan bernapas segera konsultasikan dengan dokter hewan anda.
Vaksin pada kucing dapat mulai diberikan pada anak kucing usia 8 minggu atau 2 bulan kemudian diulang 3-4 minggu berikutnya. Vaksin merupakan salah satu pencegahan infeksi virus dan bakteri pada kucing, dan membantu menjaga sistem imunnya dalam kondisi prima.
Setelah divaksin, kucing tidak akan secara total bebas dari infeksi virus, jadi kemungkinan untuk terpapar infeksi virus masih ada. Namun dengan diberikan vaksin akan membantu mendongkrak sistem imun tubuh sehingga kucing mampu melawan infeksi virus, serta resiko menularkan virus lebih rendah. Kucing indoor maupun kucing outdoor tetap perlu diberikan vaksinasi, karena penyebaran serta infeksi virus bisa terjadi dimana saja. Oleh karena itu, jangan lupa vaksin kucing kalian ya!
Anda juga bisa melakukan vaksinasi kucing anda di Hewania Vet Clinic, di Hewania Vet Clinic dokter hewan akan melakukan pemeriksaan terhadap hewan peliharaan kamu untuk mengetahui kondisi kesehatannya. Dokter hewan juga dapat memberikan saran dan rekomendasi tentang perawatan yang tepat bagi hewan peliharaan kamu.
Jadi, tunggu apalagi? Segera buat janji dengan Hewania Vet Clinic untuk merawat hewan peliharaan kamu dan pastikan bahwa mereka mendapatkan perawatan yang terbaik.
Writer: drh. Ida Sukma Kuswardhani