bt_bb_section_bottom_section_coverage_image

Penyakit PMK pada Sapi: Penyebaran dan Cara Mengatasinya

Satu bulan menjelang Idul Adha, gejala penyakit mulut dan kaki (PMK) tengah banyak menyerang hewan ternak di seluruh Indonesia. Sebagian besar hewan ternak yang terkena adalah sapi.

Dari data yang Hewania ambil dari Kementerian Pertanian, sebanyak 150,223 hewan ternak dinyatakan positif terkena PMK dan belum sembuh dari penyakit ini. Dari ratusan ribu kasus ini, sapi merupakan hewan yang paling banyak terkena, dengan angka kasus 97,7%.

Sebagai hewan kurban utama untuk Idul Adha, tentu pihak yang paling banyak dirugikan adalah peternak sapi.  Dalam artikel ini, Hewania akan membahas tentang:

  • Apa Itu Penyakit Mulut dan Kuku?
  • Sejarah Penyakit PMK di Indonesia
  • Penyebaran Penyakit PMK di Tahun 2022
  • Ciri-ciri Sapi yang Terkena PMK
  • Penyebab PMK pada Sapi

Hewania, sebagai mitra resmi Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PDHI), mencari jawaban soal penyebaran PMK yang saat ini sedang terjadi. Riset ini dilakukan melalui data dari Kementerian Pertanian. Selain itu, terdapat beberapa saran dari para ahli – dokter hewan – tentang bagaimana cara mengatasi penyakit PMK

Baca juga: Mengenal Penyakit PMK pada Hewan. Apakah Menular ke Manusia?

Apa Itu Penyakit Mulut dan Kuku?

Menurut Kementerian Pertanian, penyakit mulut dan kuku (PMK) adalah sebuah penyakit yang sangat menular, yang menyerang hewan-hewan berkuku belah atau genap. 

Dilansir dari Agriculture Victoria, penyakit PMK tidak mematikan pada hewan dewasa. Meski begitu, penyakit ini bisa sangat mematikan bagi hewan yang masih berusia muda. Beberapa hewan berkuku belah atau genap yang dapat terkena PMK adalah:

  • Sapi
  • Kerbau
  • Unta
  • Domba
  • Kambing
  • Rusa
  • Babi

Penyakit ini sudah termasuk endemik di sebagian benua di dunia seperti Timur Tengah, Afrika, Asia, dan Amerika Selatan. Penyakit PMK disebabkan oleh infeksi virus Aphthovirus, anggota family Picornaviridae. 

PMK dapat menyebabkan kendala ekonomi pada perdagangan ternak internasional, mengganggu produksi ternak, dan memerlukan sumber daya yang signifikan untuk mengendalikannya.

Pada wabah PMK yang berlangsung selama kurang lebih 8 bulan di Inggris tahun 2001 lalu, kerugian serta pengendalian penyakit ini diperkirakan menelan biaya sekitar USD 10 miliar.

Sejarah Penyakit PMK di Indonesia

Di Indonesia, wabah PMK sudah mulai terjadi sejak tahun 1887 lalu. Hal ini disebabkan oleh membanjirnya impor sapi dari Belanda. Sempat terjadi fluktuasi, kemudian di tahun 1970, penyakit ini mulai muncul kembali.

Dengan kerja sama yang baik antara Jannes Humuntal Hutasoit (Direktur Jenderal Pertanian) bersama pemerintah, wabah ini bisa ditanggulangi dengan baik. Bahkan, untuk menanggulangi penyakit PMK ini dengan baik, presiden Soeharto sampai membawa para ahli dan dokter hewan dari Australia.

Di tahun 1983, pembasmian penyakit ini mencapai puncaknya, dengan dilakukannya vaksinasi massal. Pada tahun 1987, Kementerian Pertanian mengeluarkan Surat Keputusan Menteri Nomor 260/1986 yang menjelaskan bahwa Indonesia sudah bebas dari PMK. 

Empat tahun kemudian, tepatnya di tahun 1990, organisasi dunia untuk kesehatan hewan (OIE) – saat in WOAH (World of Animal Health) –  menyatakan pernyataan resmi bahwa Indonesia sudah bebas dari wabah PMK. Pernyataan ini tercantum dalam resolusi OIE Nomor XI/1990. 

Di tahun 2009, pemerintah mengeluarkan Undang-Undang Nomor 18 tahun 2009 yang berisi soal perlindungan hewan ternak Indonesia dari kerentanan dan ancaman keamanan hayati. Dalam Undang-Undang ini, terdapat aturan bahwa impor daging hanya bisa dilakukan pada negara yang bebas PMK yang diterbitkan OIE.

Namun, di tahun 2014, pemerintah mengeluarkan Undang-undang Nomor 41 tahun 2014. Dalam Undang-undang yang baru ini, dijelaskan bahwa impor daging boleh dilakukan pada negara yang termasuk zona bebas PMK. 

Pada tahun 2016, terjadi impor daging dari India, yang merupakan negara tidak bebas serta tidak memiliki zona bebas PMK. Banyak pakar yang mengatakan jika hal ini menyebabkan munculnya kembali PMK di negara kita.

Di tahun 2022 ini, penyakit PMK kembali terjadi dan menyerang hewan-hewan ternak di Indonesia. Khususnya sapi dan domba.

Baca juga: Mengenal Ringworm pada Sapi yang Menular ke Manusia

Data Penyebaran Penyakit PMK di Indonesia

Infografis data penyebaran penyakit pmk di Indonesia

Dari data yang diambil Hewania dari Kementerian Pertanian, penyakit PMK sudah menular ke 19 provinsi di Indonesia, dengan total kasus sakit sebanyak 225, 143 kasus dan kasus kematian mencapai 1,262 ekor. Sebanyak 150,233 ekor hewan ternak masih dinyatakan belum sembuh.

Dari ratusan ribu kasus ini, sayangnya angka vaksinasi baru mencapai 3,074 ekor hewan ternak. Sebanyak 213 kota sudah tertular oleh wabah penyakit ini. Jawa Timur menjadi provinsi dengan kasus PMK terbanyak dengan 83,491 kasus sakit. 

Salah satu daerah di Jawa Timur, Kabupaten Ponorogo, menjadi daerah dengan tingkat penyembuhan terendah (1%). Di sisi lain, Kabupaten Aceh Tamiang menjadi kota yang memiliki tingkat penyembuhan tertinggi (92%). 

Sementara itu, sapi menjadi hewan yang paling banyak terkena PMK di Indonesia (97,7%). Wabah ini menyerang 219,855 ekor sapi dengan angka kematian sebanyak 1244 ekor sapi. Pada posisi kedua, terdapat kerbau dengan kasus 3683 ekor, lalu disusul dengan kambing 815 ekor.

Ciri-ciri Penyakit PMK pada Sapi

Sapi yang terkena PMK akan memunculkan gejala umum seperti:

  • Munculnya air liur yang berlebihan dan bibir terkelupas 
  • Menggigil 
  • Bisul di mulut dan kaki
  • Kaki lembut dan sakit 
  • berkurangnya produksi susu 
  • Luka dan lecet pada kaki 
  • Peningkatan suhu
  • Demam
  • Berat badan turun
  • Nafsu makan berkurang
  • Bibir bergetar dan mulut berbusa

Cara Mengobati Penyakit PMK pada Sapi

Menurut Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PDHI), ada dua alternatif pengobatan yang bisa dilakukan untuk mengatasi PMK pada sapi, khususnya dengan gejala lesi bibir dan lidah pada sapi. 

Alternatif cara mengobati PMK pada sapi tersebut adalah:

  1. Menggunakan asam borat
  2. Menggunakan electuarium

1. Menggunakan Asam Borat

Alternatif pertama, kamu bisa menggunakan asam borat untuk mengobati penyakit PMK pada sapi. Ada tiga bahan yang harus dipersiapkan, yaitu asam borat, air panas, danmadu.

Berikut ini langkahnya:

  • Campurkan 30 gram asam borat dengan 1 liter air panas.
  • Selanjutnya, aduk campuran ini sampai tercampur dan terlarut dengan rata, Jika ditemukan endapan, saring menggunakan kapas. Masukan larutan yang sudah bersih ke dalam wadah.
  • Celupkan cotton bud atau kasa steril dan kemudian oleskan atau gesekan pada bibir dan leher yang melepuh.
  • Kemudian, gunakan madu pada luka yang melepuh.

2. Menggunakan Electuarium

Selain asam borat, pengobatan PMK juga bisa dilakukan menggunakan electuarium. Pada alternatif ke-2 ini, penggunaan madu tetap harus dilakukan pada luka yang melepuh.

  • Buat electuarium dengan mencampurkan asam sitrat dengan air matang dengan perbandingan 1:1.
  • Oleskan electuarium tadi pada luka di lidah maupun bibir.
  • Terakhir, oleskan madu pada luka yang melepuh.

Selain dua alternatif dari PDHI tadi, drh. Adam Kustiadi, selaku vet manager di Hewania merekomendasikan dua metode yang bisa dilakukan untuk mengobati luka pada mulut sapi yang disebabkan PMK.

Dua pengobatan tersebut adalah:

  1. Mencuci Mulut Sapi
  2. Drenching Rehidrasi

1. Mencuci Mulut Sapi

Mencuci mulut berguna untuk mengurangi jumlah virus PMK yang terdapat di sekitar area mulut sapi. Selain itu, kegiatan ini juga berguna untuk mengurangi peradangan sekaligus memberi rasa nyaman pada sapi.

Untuk melakukan pencucian mulut ini, drh. Adam Kustiadi merekomendasikan penggunaan asam sitrat dan asam borat. Dua bahan ini merupakan rekomendasi dari Komite PMK IDHSI. Selain dua bahan tadi, air garam dan larutan sodium bicarbonate juga bisa digunakan.

2. Drenching Rehidrasi

Setelah mencuci mulut, selanjutnya lakukan drenching rehidrasi dengan cara memberikan air minum pada sapi. Proses ini berguna untuk mengembalikan cairan tubuh yang hilang akibat PMK.

Larutan rehidrasi yang digunakan bisa bermacam-macam. Yang penting larutan rehidrasi tersebut harus mengandung cairan elektrolit + energi + anti stress + metabolic booster.

Jika PMK terjadi pada sapi perah, maka biasanya akan muncul luka pada puting. Untuk mengatasi hal ini, drh. Adam Kustiadi menyarankan untuk menggunakan racikan iodine dan gliserin. Campuran ini juga merupakan SOP resmi dari Komite PMK IDHSI.

Setelah campuran selesai dibuat, kemudian oleskan pada luka sebelum dan sesudah perah. Selain itu, drh. Adam Kustiadi juga menyarankan untuk menghentikan penggunaan mesin perah untuk memerah sapi. Sebaliknya, gunakan cara perah manual.

Kesimpulan

Itulah artikel lengkap soal penyakit PMK yang disajikan oleh Hewania lewat riset dari berbagai sumber.

Hewania adalah perusahaan yang bermitra resmi dengan Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PDHI). Kami berkomitmen untuk menjalankan visi mewujudkan kesejahteraan manusia melalui kesehatan hewan.

Kamu bisa mendapatkan berbagai macam artikel kesehatan hewan menarik lainnya di Blog Hewania. Selain itu, kamu juga melakukan konsultasi dokter hewan secara online disini. Tersedia berbagai pilihan dokter hewan yang bisa kamu pilih.

Writer: Galih Primananda Mulyana

Leave a Reply

hewania
appstore
playstore
Hewania HQ

PT Hewania Solusi Digital

Boulevard Elang Laut Blok D 50, Jl. Pantai Indah Selatan, Penjaringan, Jakarta Utara 14470
+62 812 3000 9607
Anda Dokter Hewan?

Mari Berkolaborasi Mengedukasi Masyarakat Indonesia tentang Kesehatan Hewan!

Daftar Sekarang!